Kamis, 18 Maret 2010

The End Part 1


Apakah ada yang salah dengan hari ini?

Tidak ada yang salah dengan hari ini. Menurutku hari ini biasa-biasa saja. Tidak ada yang aneh apalagi istimewa. Tapi firasatku berkata lain. Dan jantungku berdebar-debar aneh, tidak seperti biasanya. Menyakitkan.

Aku menghela nafas. Mencoba menenangkan hati. Tapi semakin ku mencoba, semakin sakit rasanya dan nafasku menjadi sesak.
Hmm, harus ku ingat-ingat lagi semua kejadian hari ini. Mungkin aku akan menemukan sesuatu itu, sesuatu yang menggelitik hatiku.

Hari ini aku berangkat pagi sehingga aku tidak tertinggal bus yang mengantarku ke sekolah. Sesampainya di kelas, aku mendapat tempat duduk yang strategis. Dan sepertinya itu tidak menjadi masalah. Pelajaran pertama sampai dengan pelajaran terakhir berjalan seperti biasanya. Membosankan! Tentu! Oia, anak-anak sempat menyinggung tentang musuh besarku, si reptil berbisa yang bodoh, sehingga aku sedikit marah kepada mereka. Ehm... pesanku tidak dibalasnya. dan Rabu itu sangat panas. Tapi menurutku itu bukan sumber kegundahanku saat ini.
Sebenarnya semua ini tidak masuk akal. Cuma gara-gara pigura fotoku yang jatuh dan pecah, aku mencari-cari sesuatu dibalik semua kejadian hari ini? Aneh.
Mengapa sesuatu tidak terjadi padaku? Jatuh atau kecelakaan mungkin. Seperti di sinetron-sinetron itu.

Aku menekuri setumpuk soal-soal di meja belajarku. Mencoba menghilangkan pikiran-pikiran konyol nan tidak masuk akal itu.
Gagal.
Yang ada aku makin be-te.
Dan, pusing.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Dengan tergesa aku meraih tas dan ku aduk-aduk isinya. Yap! Ketemu. My favourite thing. Aku cek inbox-nya. Dan, hasilnya.... Gak ada satu pesan pun darinya. Dengan putus asa, ku taruh kembali di atas meja belajarku.
Aku memejamkan mata. Dan menarik nafas dalam-dalam. Mencari kedamaian di sana.
Postif thingking.
"Mungkin dia sibuk sehingga tidak sempat membalas pesanku", rutukku dalam hati.

Aku meraih ponselku ragu-ragu. Kemudian, jemariku menari dengan lincah di atas keypad. Menuliskan satu kata pengharapan. Yang bisa merubah segalanya. Dan segera mengirimnya.

Satu menit.
Empat menit berlalu...
Waktu berjalan sangat lambat.

Kupandangi ponselku lekat-lekat, berharap ada berita terkirim, tapi...
Jantungku berdebar makin kencang.
Menyakitkan.

Aku tidak tahan. Aku meneleponnya. Yang terdengar hanya bunyi tut...tut...tut...
Sepertinya ini adalah jawaban dari semua gundah gulanaku. Yea, kini aku mengerti. Dia telah kembali, pergi.
Pertanda itu.
Sangat jelas adanya.
Hanya aku yang terlalu bodoh.
Kini, dia pergi.
Meninggalkanku sendiri.
Untuk selamanya.

Aku memeluk lututku erat-erat. Menopang semua kesedihan yang datang tiba-tiba. Air mata mengalir tanpa dikomando. Deras. Dan semakin deras.

Dua hari yang lalu.
Mungkin itulah pertemuan terakhir kami.

:Masihkah rindu ini akan menjadi milikmu?




In my home.
10 Februari 2010.
22:36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar