Kamis, 18 Maret 2010

The End Part 2


Tidak ada firasat apa pun pagi ini. Berjalan seperti biasanya. Normal. Membosankan. Hanya saja pelajaran hari ini lebih menyenangkan. Lebih menyegarkan.
Di siang yang tak begitu panas itu, tiba-tiba ponselku bergetar. Dengan was-was aku membaca satu pesan yang mampir di inbox-ku. Langit seketika runtuh. Ada lubang yang menganga lebar di hatiku. Semakin perih ketika air mataku membasahi pipi. Satu sayap telah patah. Tak mungkin bisa kembali terbang. Satu hati telah terpuruk mati. Tak mungkin yang lain bisa hidup. Katanya dulu kau tak pernah sanggup mengucapkan salam perpisahan? Tapi nyatanya apa? Kau bahkan dengan sadis mengucapkan kata-kata itu. Benteng pertahanan yang dulu ku bangun dengan segenap rasa sayang dan dengan cinta yang paling purba pun akhirnya hancur berkeping-keping tak bersisa. Tragis! Tiga hari sebelum hari kasih sayang datang. Empat hari sebelum pertempuran mautku. Semuanya telah berakhir. Kau telah berhasil membunuhku. Sebelum aku benar-benar mati, aku ingin kau tau, aku menyayangimu, lebih dari apa pun.

Hmm, pelajaran bahasa jerman kali ini tidak menarik sama sekali. Hambar. Mungkin sehambar hidupku kelak.
Maaf, aku takkan pernah bisa menepati janjimu untuk melupakan semua tentang kita, tentangmu.
Dan aku takkan pernah bisa mengucapkan selamat tinggal.

:Aku akan selalu merindukanmu.



In my class.
11 Februari 2010.
12:36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar